Cari

Memaknai Rasa

Karena Rasa Adalah Denyut Perjalanan Hidup Manusia

bulan

September 2017

Merayakan Kepergian

Teruntuk kamu yang pernah ditinggalkan seseorang, beruntunglah. Allah sedang berkata, “Kamu salah jalan.” Allah menegurmu agar tak membersamai jalan yang salah. Berpalinglah, dan temukan kehidupan yang baru. Dia yang pergi, biarlah pergi. Mungkin diapun telah memiliki kehidupan baru dengan yang lain.  Lanjutkan membaca “Merayakan Kepergian”

Tuhan, Hanya Ini Karya Kami

Ladang untuk berkarya amatlah luas. Hiduplah dengan menjaga kebersihan hati, maka hidup ini akan menjadi indah dan penuh makna.– Abdullah Gymnastiar

Sampai sejauh ini, terkadang muncul serpih-serpih kontemplasi, sudah berkarya apa hingga saat ini?

Jangan sampai ketika hari persaksian amal nanti, tangan dan kaki berkata demikian, “Aku hanya sebagai pelengkap hidup orang ini, keseharianku ya hanya membantu ia makan dan bekerja. Malah pernah bermaksiat. Tidak lebih dari itu. Tapi aku iri dengan temanku sesama tangan dan kaki di orang yang berbeda. Ia digunakan untuk berkarya bukan bekerja. Menurut hematku, berkarya memiliki arti lebih luas Lanjutkan membaca “Tuhan, Hanya Ini Karya Kami”

Siapakah Teman Kita Nanti? 

Khutbah Jumat siang tadi masih berkelindan di kepala. Secara umum isinya tentang kematian. Namun, ada satu pertanyaan yang menampar saya, jika kematian itu pasti maka siapakah teman kita nanti? Teman yang akan menemani kita di alam kubur dalam menanti hari pembangkitan. Sungguh itu waktu yang panjang. Lanjutkan membaca “Siapakah Teman Kita Nanti? “

Bercita-citalah, Nak

“Berhenti bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia”
— Andrea Hirata

Dulu, saya memiliki teman, yang setiap kali ditanya kelak akan bercita-cita jadi apa, ia hanya menjawab madesu: masa depan suram. Yang ada di pikirannya hanya kepesimisan dan keragu-raguan. Padahal ia termasuk tipe orang yang periang dan saat itu juga sudah berkuliah di jurusan Ilmu Fisika. Apa karena berada di jurusan itu ya dia selalu menjawab madesu? Lanjutkan membaca “Bercita-citalah, Nak”

Menjadi Sebuah Keluarga

Teruntuk kamu yang di sana. Kamu yang sampai saat ini belum kuketahui wujud aslinya. Bolehkah aku menuliskan ini? Lanjutkan membaca “Menjadi Sebuah Keluarga”

Jatuh Cinta Sendirian

​Berhentilah bertanya bagaimana menemukan pasangan yang baik. Mulailah menjadi orang yang baik dan terus lebih baik, maka akan terjawab sendiri pertanyaan ini. – Tere Liye –

Tak ada perasaan yang lebih menyakitkan selain jatuh cinta sendirian. Ia hidup dalam spekulasi itu dan ini. Mengharapkan cintanya, tapi dia seperti acuh, tak tahu. Mengira bahwa ia merasakan hal yang sama, namun nyatanya tidak. Tahu-tahu ia dilamar orang dan menjalani episode hidup baru dengan orang lain. Kita yang memendam cinta hanya bisa gigit jari, ya minimal belajar bersabar. Bahwa ini adalah bagian dari ujian yang Allah berikan.  Lanjutkan membaca “Jatuh Cinta Sendirian”

Maafkan Tuhan, Mahasiswa Ini Sibuk

Percayalah, ada Tuhan di hatimu yang terdalam. Di sana, tinggallah suara-suara yang akan menuntunmu pada surga dan kesuksesan. — Lenang Menggala

Tuhan, maafkanlah ia, para mahasiswa. Berangkat ke kampus pagi hari lalu pulang malam hari. Belum lagi menyelesaikan tugas di perpustakaan, asyik membaca buku dan berselancar di dunia maya dengan wifi. Belum lagi ada sesi diskusi organisasi. Tidak hanya menjadi kupukupu (kuliah pulang kuliah pulang), mereka juga berperan sebagai kurakura (kuliah rapat kuliah rapat).

Waktu yang ada terpangkas semua, tidak ada jeda untuk membaca sabda Lanjutkan membaca “Maafkan Tuhan, Mahasiswa Ini Sibuk”

Maaf, Baru Itu yang Aku Bisa

Ada empat persyaratan dalam setiap pernikahan yang membahagiakan. Yang pertama adalah iman, dan sisanya adalah kepercayaan.” – Elbert Hubbard

Miris rasanya ketika membaca berita di tengah tahun ini bahwa ada seorang suami tega membunuh istrinya. Itu terjadi lantaran sang istri yang merupakan seorang PNS cantik berbicara sesuatu hal yang menyakiti hati suami. Sang istri merasa ‘di atas angin’ karena ia cantik dan seorang PNS, sedangkan sang suami hanya seorang debt collector. Terjadilah pertengkaran dan berujung kematian. Astaghfirullah…  Lanjutkan membaca “Maaf, Baru Itu yang Aku Bisa”

Banyak Baca, Banyak Ngaca

Tapi saya percaya cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cuma satu buku. Cari buku itu. Mari jatuh cinta. — Najwa Shihab

Riset bertajuk “Most Littered Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.

Ini artinya, Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Data lain dari UNESCO (2017), minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca.

Apakah kita termasuk dari 999 orang yang tak gemar membaca dari 1000 orang tersebut?

Lanjutkan membaca “Banyak Baca, Banyak Ngaca”

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Atas ↑